Thursday, January 13, 2011
The Legend of Lineage [Eps 6-13]
Episode 6 : The End of Ages
Cahaya merah raksasa turun dari langit, giant menyadari kesalahan mereka. Giant berusaha menahan palu kemarahan dari Einhasad. Walaupun dengan kekuatan mereka, giant tidaklah mungkin untuk menahan kekuatan dewa. Mereka hancur tercerai berai bersamaan dengan runtuhnya kebudayaan yang superior.
Serangan tersebut cukup untuk menghancurkan kota terbesar dalam hitungan detik. Akibat hantaman palu kemarahan Einhasad, meninggalkan lubang yang sangat besar dan dalam. Hampir semua giant yang tinggal di kota tersebut mati. Makhluk hidup yang selamat segera berlari dan mencari perlindungan.
Para giant yang selamat melarikan diri sambil menghindari murka Einhasad. Karena harga dirinya sebagai dewa telah diremehkan, Einhasad tetap memburu mereka. Jika dia bertemu dengan giant, dia langsung menyambarkan petirnya dan langsung membakar giant tersebut. Giant yang tersisa bersembunyi dalam ketakutan yang mencekam. Mereka lalu memohon belas kasihan kepada Grain Kain.
Mereka menyadari kesalahan yang telah mereka buat dan terus memohon kepada Grain Kain karena hanya dia yang bisa menghentikan kemarahan Einhasad. Sebagai ras yang terbijak dan terkuat mereka mengemis belas kasihan kepada para dewa.
Gran Kain tiba-tiba merasa iba melihat penderitaan para giant. Lalu dia meminta putri bungsunya, Eva untuk membuat gelombang tsunami yang akan menghadang langkah Einhasad dalam memburu para giant.
Einhasad berteriak lantang pada Eva. Jika dia tidak menghentikan tsunami tersebut maka dia akan mengusirnya, seperti saudari tertuanya, Shilen. Eva yang lemah takut akan ancaman ibunya dan dengan segera dia menghentikan tsunami tersebut.
Para giant-pun kembali memohon pertolongan kepada Grain Kain. Lalu Grain Kain meminta kepada putrinya yang lain, Maphr untuk membuat tebing yang sangat tinggi untuk menghalangi langkah Einhasad.
Dengan suara kemarahannya, Einhasad bekata kepada Maphr. Jika dia tidak menurunkan tebing itu maka dia akan diusir seperti saudarinya. Takut akan kemarahan sang ibu, Maphr akhirnya menurunkan tebing tersebut. Tetapi Grain Kain mencegahnya.
Grain Kain berkata kepada Einhasad, kenapa dia tidak menghentikan kemarahannya. Semua makhluk tahu akan kekuatannya, dan para giant telah menyadari kesalahannya. Makhluk yang telah ada jutaan tahun yang lalu sekarang bersembunyi dari kemarahannya. Grain Kain tetap berusaha menenangkan Einhasad. Dia merasa bahwa pembalasan yang dilakukan Einhasad sudah cukup untuk menghukum para giant.
Einhasad melanjutkan kemarahannya, tetapi dia terpikir akan nasehat yang diberikan oleh Grain Kain. Dan Einhasad masih menghormati Grain Kain sebagai dewa yang sejajar dengan dirinya. Einhasad memutuskan untuk meninggalkan para giant dalam ketakutan. Lalu mereka kembali ke istana para dewa.
Setelah kejadian itu, Einhasad merasa sangat kecewa, dan dia memutuskan untuk tidak akan muncul lagi di bumi, Grain Kain-pun setuju, dia juga memutuskan untuk mengikuti langkah Einhasad. Zaman para dewa-pun telah berakhir.
Episode 7 : A Return to the Campfire
Penyair tersebut menghentikan ceritanya.
Karena terpana mendengar ceritanya, kami seperti tersihir tidak bisa bergerak. Suaranya begitu lembut dan mengayun di telinga kami. Semua hal yang diceritakannya sangat berbeda dengan apa yang kami percayai selama ini. Kami sekumpulan pengelana yang kagum sekaligus ketakutan mendengar ceritanya. Suasana semakin mencekam ketika seekor burung hantu di dekat perkemahan tiba-tiba mengepakkan sayapnya dan terbang dalam kegelapan malam, seolah-olah burung tersebut sama takutnya dengan kami yang mendengar cerita dari sang penyair.
Penyair tersebut menyulut batang rokok yang kedua, dengan segera dia menghisapnya. Dia-pun melanjutkan ceritanya.
Penyair tersebut berkata, sejarah adalah milik para dewa, bukan milik human, jadi jangan terlalu cepat percaya kepada pendetamu yang selama ini menceritakan kisah bohong. Penyair tersebut kemudian melanjutkan ceritanya tentang masa dimana dewa dan giant menghilang. Ini adalah masa kami, masa human.
Episode 8 : The Aftermath
Setelah para dewa dan giant menghilang, dunia jatuh kedalam kekacauan. Tidak hanya giant, banyak makhluk hidup yang mati akibat hantaman palu kemarahan Einhasad, termasuk elf, human, orc, dan dwarf. Mereka yang selamat dilanda kebingungan atas apa yang telah terjadi. Mereka memohon petunjuk dari para dewa. Tetapi para dewa tidak menanggapinya.
Ras pertama yang berusaha mengendalikan keadaan adalah elf. Karena elf mahir dalam bidang politik dan magic, maka mereka cepat berbenah diri. Dalam waktu singkat, bangsa elf mulai terkumpul kembali. Tetapi seperti sebelumnya. Elf tidaklah cukup pandai bila dibandingkan dengan giant. Pertentangan-pun tidak dapat terelakkan. Ras pertama yang menentang elf adalah bangsa orc.
Orc merasa bahwa mereka lebih kuat dari elf. Mereka tidak akan membiarkan ras yang lebih lemah mengatur kehidupan mereka.
Kekuatan militer orc sangatlah besar dan ditakuti. Jika dibandingkan, kekuatan elf tidaklah sebanding dengan kekuatan yang menakutkan yang dimiliki orc. Dalam waktu singkat, mayoritas daratan dikuasai oleh orc, sedangkan elf terdesak ke ujung benua. Kemudian elf meminta bantuan kepada dwarf yang dikenal mempunyai senjata hebat dan berharap dengan bantuan dwarf, mereka mampu mengalahkan orc.
Akan tetapi dwarf menolak bersekutu dengan elf. Dalam pikiran mereka lebih menguntungkan jika bersekutu dengan bangsa yang kuat seperti orc. Elf-pun merasa sangat kecewa.
Kemudian elf meminta bantuan kepada arteias. Dengan serangan udaranya, mungkin elf dan arteias dapat mengalahkan orc. Elf-pun mengirim utusannya. Akan tetapi seperti biasanya, arteias menolaknya. Mereka lebih memilih mengasingkan diri dan hidup bebas di alam seperti kenginan mereka. Elf merasakan kekecewaan yang amat mendalam.
Lalu elf bertanya dalam hati. Apakah tidak ada yang akan menyelamatkan kami. Apakah ini adalah akhir dari kejayaan bangsa elf.
Episode 9 : A New Alliance
Karena telah ditolak oleh dwarf dan arteias, elf merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk melawan orc. Dalam kekecewaannya, tiba-tiba ada orang asing yang muncul diantara mereka. Dia memakai mahkota yang terbuat dari ranting pohon. Lalu dia mendekati raja elf. Ternyata orang itu adalah pemimpin human pada masa itu.
Raja elf bertanya kepada pemimpin human, kenapa ras rendah seperti human tiba-tiba menemui raja elf. Apakah dia bermaksud menghina kekalahan yang dialami elf.
Pemimpin human tersebut membungkukkan badannya dan mulai berbicara. Dia menyampaikan maksud kedatangannya yaitu untuk menawarkan bantuan kepada elf dalam perang melawan orc.
Elf menyambutnya dengan gembira, walaupun mereka bodoh dan lemah, tetapi jika jumlah mereka banyak akan sangat membantu dalam peperangan.
Lalu sang raja elf berkata, pergilah ke medan pertempuran, dan buktikan jika human mampu mengalahkan orc, maka elf akan mengakui human sebagai ras yang sejajar kedudukannya dengan elf.
Pemimpin human tersebut membungkuk lebih dalam kepada raja Elf, dan berkata bahwa dia ada sedikit permintaan sebelum pergi berperang. Kekuatan human sangat lemah, dia memohon kepada raja elf untuk diajarkan bagaimana caranya menggunakan magic.
Semua elf yang mendengar hal tersebut terkejut. Tidak terbayangkan dalam benak mereka, mengajarkan kepada human magic yang sakral. Tetapi seorang tetua elf yang bernama Veora bersedia mengajarkan magic kepada human. Dia merasa bahwa human yang lemah tidak akan mungkin menang melawan orc jika tidak dibantu oleh elf. Dan dengan pertimbangan kecerdasan human yang inferior, magic yang suatu saat akan dikuasai human tidak akan melebihi magic yang dimiliki oleh elf.
Ternyata diluar dugaan, human mampu belajar magic dengan baik, bahkan lebih cepat dari antisipasi yang dilakukan oleh elf. Dengan pengetahuan yang diberikan oleh elf, human mampu memperkuat diri. Beberapa dari mereka mahir menggunakan senjata dan kemampuannya hampir sama dengan bangsa orc. Dengan jumlah yang begitu besar, pasukan human akhirnya mampu menyapu bersih tentara orc.
Episode 10 : An Ally Turns Foe
Setelah bersekutu dengan human, elf yang menghadapi desakan pasukan orc akhirnya mampu meraih kemenangan. Namun sayang, ternyata human menjadi pedang bermata ganda. Human yang seharusnya menjadi bawahan elf, balik menyerang ras yang telah menganugerahi mereka kekuatan magic tersebut. Jumlah yang tidak seimbang membuat elf terdesak dan akhirnya kalah. Human pun menjadi penguasa seluruh daratan bumi.
Episode 11 : A Return to the Campfire
Kembali pada penyair, dia mengadahkan kepalanya dan melihat kelangit, menandakan bahwa dia telah menyelesaikan dongeng yang sama sekali asing di telinga kami.
Cerita sang penyair benar-benar berbeda dari dongeng dunia yang kami kenal, meskipun terasa sangat familiar. Bahkan karena cerita itu begitu menyentuh, sampai salah satu elf cantik yang menjadi anggota rombongan kami duduk terdiam, sambil berlinang air mata merasa terharu mendengar bagaimana di masa lalu, saudara-saudaranya harus menanggung derita seperti yang dikatakan sang penyair.
Malam semakin larut mengiringi dongeng penyair, dan kini yang tersisa hanya kesunyian alam. Rintihan hewan liar pun tidak terdengar. Atmosfer semakin mendukung, angin berhenti bertiup, suara desir daun yang sebelumnya menyayat telinga juga berhenti. Bahkan suara aliran air di sungai di sebelah perkemahan para pengelana juga tidak terdengar lagi. Semuanya membisu. Hanya desahan nafas dan gemercik kayu terbakar di tengah perkemahan yang menguasai malam. Seakan-akan semua bagian alam disekeliling kemah para pengelana terebut menghentikan nafasnya, dan mendekat ke perkemahan untuk lebih jelas mendengar cerita sang penyair.
Sepertinya sang penyair masih memiliki dongeng lainnya, kami semakin merapatkan tubuhnya ke orang asing berkerudung tersebut. Dan benar, setelah beberapa kali terbatuk untuk mengusir kekeringan di kerongkongannya, sang penyair melanjutkan ceritanya.
Jadi, sungguh ironis bahwa makhluk paling rendah sepeti human, mampu bangkit dan memperoleh kekuasaan mutlak atas seluruh penjuru daratan. Namun itu adalah hasil dari kemauan human, bahkan para dewa sendiri pun tidak bisa membayangkan human bisa menguasai bumi, begitu kata sang penyair, ketika dia memulai ceritanya.
Dia pun melanjutkan dengan kisah kerajaan human yang paling hebat di muka bumi, dan itu adalah cerita mengenai human yang memilih untuk melangkah pada jalan sama seperti para giant.
Episode 12 : History Rewritten
Selama peperangan panjang melawan orc dan elf, human mulai membentuk kerajaan-kerajaan baru di tengah mereka, meskipun masih terlihat primitif. Kelompok pusat dari para human terdiri dari clan Athena dan human yang ahli dalam menggunakan magic. Mereka melindungi anggotanya dengan kekuatan, menjaga peraturan dengan ancaman, serta terkadang menjadi terlibat dalam peperangan, baik yang berskala kecil atau besar.
Peraturan dengan cepat diputuskan ketika pemimpin Athena, Shuniman, menyatukan daerah yang saat itu dikenal sebagai Aden dan Elmore. Dia menyebut kerajaannya dengan Elmoreden, dan mengangkat dirinya sebagai kaisar. Menegaskan bahwa dia menjadi penguasa tertinggi, Shuniman mengenakan mahkota dari cabang pohon, sama seperti nenek moyangnya, raja human yang saat itu berhasil membujuk raja elf untuk mengajari mereka magic. Bahkan Shuniman juga dianggap memiliki kedudukan yang sama dengan dewa-dewa dalam pandangan pengikutnya.
Emperor Shuniman kuatir akan batasan hidup yang dimiliki manusia. Sudah menjadi fakta, bahwa Grain Kain, dewa kematian dan kehancuran yang menjadi pencipta mereka, dan hanya memberi human status dan kemampuan yang jauh lebih inferior dibanding ras lain. Ditambah lagi, adanya cerita bahwa mereka diciptakan dari sisa-sisa ras lain, semakin menambah malu penguasa baru bumi tersebut. Untuk kerajaan baru tersebut, mereka membutuhkan dongeng baru; sebuah sejarah baru yang menunjukkan bahwa mereka termasuk salah satu ras terhormat, yang suatu saat nanti akan terus dikenang.
Pada akhirnya setelah melalui gerakan pembaruan relijius besar-besaran, Shuniman berhasil membangun kepercayaan baru yang mana menyebutkan bahwa Einhasad adalah dewi para human, bukannya Grain Kain. Legenda dan sejarah telah berubah, dan mereka yang mempelajari black magic, serta para pengikut Grain Kain banyak yang ditawan dan disiksa.
Pembaruan relijius tersebut terus berlanjut sampai terjadi beberapa kali peralihan generasi, dan akhirnya manusia percaya bahwa memang benar Einhasad-lah, dewi yang baik, dewi yang menciptakan mereka, dan Grain Kain menjadi cukup dipercaya sebagai dewa yang jahat. Ketika mengetahui hal itu, Grain Kain hanya tertawa saja dan menerima penghinaan para human. Dia hanya berkata bahwa manusia tidak akan semudah itu berkuasa atas seluruh daratan bumi, atau bahkan menguasai langit.
Episode 13 : Elmoreden and Perios
Ketika Emperor Shuniman dan kerajaannya, Elmoreden terus tumbuh dan makmur, daerah Gracia yang berada di seberang lautan masih dilanda kekacauan. Penampilan geografis gracia yang bervariasi dan cukup berbahaya, didukung dengan banyak kelompok human yang bertarung untuk meraih kendali tunggal, mengakibatkan tidak ada satupun kekuatan yang mampu menyatukannya menjadi satu pemerintahan. Karena itulah, kebanyakan kelompok tersebut hanya menguasai bagian kecil daratan saja, mengklaim menjadi miliknya, sambil terus berperang melawan kelompok lain untuk mengejar dominasi seluruh Gracia.
Hari dimana pasukan kuat Elmoreden menginjakkan kakinya di Gracia. Mereka datang melalui laut di bagian barat. Tidak ada pilihan bagi seluruh penghuni Gracia selain menyatukan kekuatan dan merapatkan pertahanan dalam menghadapi pasukan Elmoreden. Banyak diantara para penguasa daratan Gracia dan para bangsawan yang tewas terbunuh dalam penyerangan tersebut. Para bangsawan yang selamat, merasa terus terdesak, justru bertambah kuat. Pada akhirnya, invasi Elmoreden berhasil dipukul mundur. Para bangsawan tersebut kemudian mulai membentuk dasar untuk membentuk kerajaan dengan mempersatukan seluruh kelompok kecil di Gracia. Kerajaan tersebut kemudian disebut dengan Perios.
Setelah itu, Perios dan Elmoreden mulai terkunci dalam perebutan dominasi, dan masing-masing saling mempertahankan wilayah kekuasaannya. Elmoreden, yang pertama kali mendirikan kerajaan dan didukung kekuatan militer besar, lebih superior dibandingkan dengan Perios. Namun Perios sendiri memiliki keuntungan. Pertama, lautan yang memisahkan kedua kerajaan tersebut menghambat langkah Elmoreden untuk menyerang. Selain itu, juga yang lebih penting, penduduk Perios memiliki barang peninggalan para giant yang bisa mereka gunakan sebagai senjata.
Meskipun berbekal kekuatan yang berlimpah, namun pada akhirnya kekuatan militer Elmoreden tidak mampu menguasai Perios.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment